Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Gandung Pardiman meminta Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Teknologi Bencana Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mempertajam akurasi terkait erupsi Gunung Merapi.
Gandung mengangga, ketelitian ini sangat penting agar tidak menimbulkan masalah sosial di masyarakat. “Menurut saya, deteksi letusan Gunung Merapi saat ini terlalu tinggi. Karena sebenarnya volume kawah lahar 10 juta meter kubik, sedangkan laju keluarnya magma ke permukaan masih di bawah 3 juta, tapi statusnya siaga tiga, ”kata Gandung saat itu. pertemuan dengan BPPTKG dan BNPB di Yogyakarta, Kamis 19 November 2020.
Dikutip dari situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat, Gandung juga mengatakan kenaikan status siaga yang terlalu cepat membuat orang terlalu lama mengungsi. “Saya ingin memantau aktivitas letusan gunung tersebut untuk memperhatikan faktor kehati-hatian. Kalau memang kita butuh alat untuk menunjang kinerja, pasti kita perjuangkan anggaran pengadaannya pada rapat Komisi VII DPR RI,” ujarnya.
Komisi VII dikabarkan sedang mengkaji pembentukan badan riset yang tersentralisasi. Alasan dibentuknya badan penelitian terpusat karena penelitian selama ini masih tersebar dan tidak fokus. Gandung berharap dengan terbentuknya badan ini dapat membantu keakuratan siaga Gunung Merapi. Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaidah mengatakan, secara teori, vulkanologi belum bisa menyebutkan kapan letusan terjadi.
Begitu pula dengan teknologi saat ini yang mampu mendeteksi kapan Gunung Merapi meletus. “Berdasarkan pengalaman membuat skenario bahaya terparah sesuai dengan rencana kontinjensi BPBD Lingkar Merapi dengan skenario antara ramalan bahaya dengan status siaga yang dilaksanakan saat ini,” jelasnya.
0 comments: